Senin, 18 Mei 2015

Tradisi Rebo Kasan

Rebo Kasan
 Setiap tahun pada hari Rabu tanggal terakhir di bulan Safar, ratusan warga Desa Air Anyir, Kabupaten Bangka,  mengikuti ritual adat "Rebo Kasan",
sebagai kegiatan ibadah kepada Allah SWT agar diberi kekuatan dalam menghadapi ujian dan terhindar dari berbagai musibah.

Ritual adat Rebo Kasan merupakan perpaduan antara adat, agama, dan budaya yang merupakan warisan temurun dari nenek moyang. Rebo Kasan diambil dari kata Rabu (Rebo) Kasan (tanggal terakhir di bulan Safar) atau ritual pada hari Rabu  tanggal terakhir di bulan Safar.

Kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun yang berisikan upacara adat seperti lempar ketupat ke laut dan berdoa bersama di masjid meminta kepada Sang Pencipta agar diberi kekuatan dalam menghadapi ujian, menurunkan rahmat bagi warga kampung, diberi kelimpahan rezeki, dan memperkuat tali persaudaran sesama Muslim.
Rebo Kasan merupakan sebuah adat budaya masyarakat di sepanjang pesisir Timur bagian Tengah Pulau Bangka. Salah satunya, ritual ini dilaksanakan di Pantai Batu Karang Mas, Desa Air Anyir, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Bangka Belitung.
Hasil gambar untuk budaya rebo kasan di bangka
Ritual ini dimaknai sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang diberikan, dan secara bersama warga kampung bermunajat kepada Allah SWT untuk menurunkan rahmat agar kampung ini menjadi kampung rahmat yang dilindungi dari musibah.
Orang biasa menyebut Rebo Kasan adalah ritual adat untuk menolak bala, sebenarnya tidak demikian karena pada intinya masyarakat hanya berdoa kepada Tuhan yang prosesinya merupakan perpaduan antara adat dan budaya.
Upacara adat Rebo Kasan dimulai dengan mengumandangkan adzan di masjid sebagai seruan bagi umat Islam untuk menunaikan kewajiban shalat lima waktu sehari semalam. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa bersama.
Selesai berdoa, warga yang hadir menarik atau melepaskan anyaman ketupat yang telah tersedia, yang dimaknai sebagai simbol kerukunan dalam hidup berkeluarga dan mempererat tali silaturahmi.
Kemudian, setelah selesai acara melepaskan anyaman ketupat, ratusan warga makan bersama di masjid dengan menggunakan dulang sebagai lambang bahwa negeri ini "Negeri Sepintu Sedulang" atau satu keluarga besar yang hidup rukun dan taat dengan norma agama.

Setelah makan bersama, lalu masing-masing pergi mengambil air wafak atau air minum yang sudah diberi doa sebagai simbol kesucian dan kejernihan hati warga dalam hidup berkaum dan berkampung.
Upacara puncak ritual Rebo Kasan yaitu pelepasan ketupat di laut yang sama sekali tidak dimaknai sebagai kegiatan tolak bala, tetapi hanya meneruskan tradisi dari nenek moyang. Ketupat tersebut terbuat dari anyaman daun kelapa. Anyaman itu menyisakan dua ujung daun yang akan dicabut. Pembuatan ketupat ini berbeda dengan ketupat biasa, karena perbedaan bentuk ketupatnya.     
Silaturahmi
Hasil gambar untuk budaya rebo kasan di bangka
Suasana silaturahmi juga sangat kental setelah dilaksanakan ritual Rebo Kasan. Praktis semua warga Desa Air Anyir yang terdiri dari sekitar 600  keluarga  membuka pintu selama 24 jam, melaksanakan kegiatan saling kunjung dari rumah ke rumah.

Jauh-jauh hari sebelumnya warga sudah mempersiapkan diri, seperti membuat aneka makanan dan minuman serta membersihkan rumah untuk melayani tamu yang datang. Warga membuka pintu bagi siapa saja yang datang, tidak hanya warga setempat tetapi juga mereka yang datang dari daerah lain di Babel.
Tidak satu pun warga yang beraktivitas pada hari Rebo Kasan ini, mereka berada di rumah melayani tamu dan juga saling tandang atau berkunjung ke rumah warga yang lainnya sehingga suasana seperti ini sangat indah dan dinanti setiap tahunnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar