Di Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung, masyarakat
memiliki tradisi dalam menyambut datangnya bulan suci ramadhan yaitu
mandi limau. Yaitu pencucian diri lahir dan batin dengan mandi air
limau.
Tradisi
mandi belimau diawali dengan ziarah ke makam tokoh masyarakat atau ke
pahlawan yang sangat dihormati di Bangka Belitung. Tepatnya di Desa
Limbung yakni Makam Depati Bahrein.
Setelah melakukan ziarah, masyarakat pergi ke tempat dimana
diadakannya acara mandi belimau yang letaknya sekitar 15 kilometer atau
setengah jam perjalanan dari Desa Limbung menuju Desa Kimak, Kabupaten
Bangka dengan menggunakan perahu menyisiri Sungai Jada Bahrin. Di
pinggir sungai inilah seratusan warga dari anak-anak hingga pejabat
daerah Pemda Bangka berkumpul untuk mengikuti prosesi mandi.
Sebelum mandi, Haji Ilyasa yang juga keturunan Lima Depati Bhrein
memimpin acara dengan menyiapkan kembang serta campuran ramuan lain
kedalam dua gentong air.
Lalu
para ulama pun membacakan doa-doa sebelum air gentong digunakan untuk
mandi. Usai para ulama berdoa, barulah satu persatu warga di mandikan
air belimau. Terlebih dahulu warga dianjurkan untuk berdoa apa saja
untuk kebaikan dirinya.
Tradisi mandi belimau sudah ada sejak tiga ratus tahun yang lalu dan
sempat berhenti. Namun sejak depalan tahun terakhir, tradisi ini
dihidupkan kembali agar tidak hilang ditelan zaman. Tradisi ini biasanya
digelar menjelang datangnya bulan suci ramadhan untuk mensucikan diri
lahir dan batin.
Bagi warga setempat, dengan berdoa disaat mandi belimau diyakini
semua doa akan dikabulkan. Selain mandi ditempat, air belimau pun banyak
dibawa pulang oleh warga untuk dibagikan sanak keluarganya yang tidak
sempat hadir dalam prosesi mandi belimau ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar