Kamis, 14 Mei 2015

Pantai Lalang





Ketika memasuki area Pantai Nyiur Melambai terlihat ada keramaian di sekitar sebuah panggung terbuka berukuran besar dengan pengeras suara yang cukup kuat. Rupanya saat itu sedang berlangsung sebuah festival, yang sayangnya saya lewatkan karena perhatian saat itu lebih tertuju ke pantainya, dan terlupakan setelah meninggalkannya.

Mobil diparkir di bawah rimbun pohon cemara yang banyak dijumpai di tepian pantai. Di dekatnya terdapat cukup banyak warung sederhana yang menawarkan kelapa muda dan makanan minuman lainnya bagi para pejalan.Pasir pantai yang berwarna putih sudah menyapa ketika turun dari mobil, berbaur dengan rerumputan hijau yang tidak begitu subur. Melangkah ke tepian pantai saya disambut dengan angin kencang yang bertiup susul menyusul tanpa henti.

Sebuah pemandangan menarik di tepian Pantai Nyiur Melambai, berupa deretan batang-batang kayu kecil, mirip seperti yang saya lihat di Perkampungan Nelayan Bugis di Tanjung Binga, yang dibentuk menjadi semacam rel kereta.Tiupan angin yang kuat membuat dahan dan daun pohon cemara melambai-lambai seolah menyapa. Entah mengapa namanya bukan Pantai Cemara Melambai, karena saya lihat lebih banyak pohon cemara di tepian pantai ketimbang pohon kelapanya.

Lebih dekat ke tepian Pantai Nyiur Melambai, terlihat bibir pantai yang lebar dan panjang, berhias pasir putih yang bersih. Kencangnya angin, dan sedang berlangsungnya acara festival, membuat tepian Pantai Nyiur Melambai terlihat kosong melompong. Sepi. Beruntung langit sedang bersih. Memunggungi Pantai Nyiur Melambai, inilah suasana di area parkir kendaraan, dengan warung-warung terlihat berada di sebelah kiri, dan taman bermain anak-anak ada di sebelah kanan.

Sisi sebelah kanan Pantai Nyiur Melambai juga terlihat kosong.
Pantai Nyiur Melambai juga polos mulus, tidak terlihat sama sekali batuan granit besar di sepanjang garis pantai, sebagaimana banyak ditemui di pantai bagian Utara Pulau Belitung.
Pantai Nyiur Melambai memang menghadap langsung ke Laut Jawa, dan pada bulan-bulan tertentu membawa tiupan angin kencang yang cukup memaksa nelayan untuk tidak melaut mencari ikan.

Bertahan melawan angin, saya meneruskan langkah mendekati batas air laut Pantai Nyiur Melambai.
Tidak terlhat satu pun perahu nelayan melaut, namun tidak terlihat pula deretan perahu nelayan di tepian pantai. Entah di sisi mana perahu-perahu nelayan itu disimpan oleh pemiliknya. Ketika berlangsung perayaan peringatan Proklamasi Kemerdekaan, di Pantai Nyiur Melambai ini biasa dilakukan lomba Perahu Kater yang diikuti oleh para nelayan.
Tidak sia-sia menahan tiupan angin untuk berjalan mendekat batas air Pantai Nyiur Melambai, karena dengan begitu saya bisa melihat lukisan garis memanjang yang ditoreh gelombang laut yang menghantam pasir. Sisi lain Pantai Nyiur Melambai dengan torehan air laut yang sama.
Puas melihat, saya pun melangkahkan kaki meninggalkan tepian pantai dengan angin yang masih bertiup kencang. Sempat mampir sejenak ke sebuah warung untuk menyapa ibu pemilik warung dan membasahi tenggorokan.Suasana di sekitar Pantai Nyiur Melambai yang terlihat terawat dan nyaman, dilengkapi dengan tempat-tempat duduk berpayung lebar, taman bermain yang cukup baik, serta area volley pantai.
Ketika angin bertiup sepoi, Pantai Nyiur Melambai akan merupakan pantai Timur Pulau Belitung yang sangat layak untuk dikunjungi pejalan. Di tempat ini pejalan juga bisa melihat panorama matahari terbit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar