Ketika memasuki area Pantai Nyiur Melambai terlihat ada keramaian di
sekitar sebuah panggung terbuka berukuran besar dengan pengeras suara
yang cukup kuat. Rupanya saat itu sedang berlangsung sebuah festival,
yang sayangnya saya lewatkan karena perhatian saat itu lebih tertuju ke
pantainya, dan terlupakan setelah meninggalkannya.
Mobil diparkir di bawah rimbun pohon cemara yang banyak dijumpai di
tepian pantai. Di dekatnya terdapat cukup banyak warung sederhana yang
menawarkan kelapa muda dan makanan minuman lainnya bagi para pejalan.Pasir pantai yang berwarna putih sudah menyapa ketika turun dari
mobil, berbaur dengan rerumputan hijau yang tidak begitu subur.
Melangkah ke tepian pantai saya disambut dengan angin kencang yang
bertiup susul menyusul tanpa henti.
Sebuah pemandangan menarik di tepian Pantai Nyiur Melambai, berupa deretan batang-batang kayu kecil, mirip seperti yang saya lihat di Perkampungan Nelayan Bugis di Tanjung Binga, yang dibentuk menjadi semacam rel kereta.Tiupan angin yang kuat membuat dahan dan daun pohon cemara melambai-lambai seolah menyapa. Entah mengapa namanya bukan Pantai Cemara Melambai, karena saya lihat lebih banyak pohon cemara di tepian pantai ketimbang pohon kelapanya.
Lebih dekat ke tepian Pantai Nyiur Melambai, terlihat bibir pantai yang lebar dan panjang, berhias pasir putih yang bersih. Kencangnya angin, dan sedang berlangsungnya acara festival, membuat tepian Pantai Nyiur Melambai terlihat kosong melompong. Sepi. Beruntung langit sedang bersih. Memunggungi Pantai Nyiur Melambai, inilah suasana di area parkir kendaraan, dengan warung-warung terlihat berada di sebelah kiri, dan taman bermain anak-anak ada di sebelah kanan.
Sisi sebelah kanan Pantai Nyiur Melambai juga terlihat kosong.
Pantai Nyiur Melambai
juga polos mulus, tidak terlihat sama sekali batuan granit besar di
sepanjang garis pantai, sebagaimana banyak ditemui di pantai bagian
Utara Pulau Belitung.
Pantai Nyiur Melambai
memang menghadap langsung ke Laut Jawa, dan pada bulan-bulan tertentu
membawa tiupan angin kencang yang cukup memaksa nelayan untuk tidak
melaut mencari ikan.
Bertahan melawan angin, saya meneruskan langkah mendekati batas air laut Pantai Nyiur Melambai.
Tidak terlhat satu pun perahu nelayan melaut, namun tidak terlihat
pula deretan perahu nelayan di tepian pantai. Entah di sisi mana
perahu-perahu nelayan itu disimpan oleh pemiliknya. Ketika berlangsung
perayaan peringatan Proklamasi Kemerdekaan, di Pantai Nyiur Melambai ini biasa dilakukan lomba Perahu Kater yang diikuti oleh para nelayan.
Tidak sia-sia menahan tiupan angin untuk berjalan mendekat batas air Pantai Nyiur Melambai, karena dengan begitu saya bisa melihat lukisan garis memanjang yang ditoreh gelombang laut yang menghantam pasir. Sisi lain Pantai Nyiur Melambai dengan torehan air laut yang sama.
Puas melihat, saya pun melangkahkan kaki meninggalkan tepian pantai
dengan angin yang masih bertiup kencang. Sempat mampir sejenak ke sebuah
warung untuk menyapa ibu pemilik warung dan membasahi tenggorokan.Suasana di sekitar Pantai Nyiur Melambai
yang terlihat terawat dan nyaman, dilengkapi dengan tempat-tempat duduk
berpayung lebar, taman bermain yang cukup baik, serta area volley
pantai.
Ketika angin bertiup sepoi, Pantai Nyiur Melambai
akan merupakan pantai Timur Pulau Belitung yang sangat layak untuk
dikunjungi pejalan. Di tempat ini pejalan juga bisa melihat panorama
matahari terbit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar